mengapa seseorang itu marah? apa penyebabnya? mengapa itu terjadi??
banyak faktor yang menyebabkan seseorang itu marah..
biasanya kita marah jika kita dikecewakan seseorang, dibikin kesal oleh orang lain, memiliki rasa iri atau dengki dengan oran lain. maka sifat orang yang suka marah pada hakikatnya adalah orang tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi nya dengan baik. sehingga tingkat sensitivitasnya tinggi, jika dia memiliki suasana hati yang tidak baik maka ia akan gampang marah kepada siapa saja yang ada disekelilingnya tanpa alasan...
Marah menurut bahasa, sebagaimana diuraikan secara rinci dalam kitab Aafaatun ‘Alath-Thariq karya Sayyid Muhammad Nuh (1993) memiliki beberapa pengertian sebagai berikut:
a. Marah berarti tidak rela terhadap sesuatu dan iri dari sesuatu. Diambil dari kosa kata arab, “ghadiba ‘alaihi ghadaban wamagdhabatan,” berarti marah atau tidak rela atas sesuatu. “ghadiba lahu” berarti marah atau tidak rela kepada seseorang untuk kepentingan orang lain.
b. Menggigit sesuatu.
Diambil dari kosa kata arab, “ghadibat al-khailu ‘alal lujami” yang ber-arti menggigit besai kendali.
setiap orang menunjjukkan perasaan marahnya tersebut dengan berbagai macam ekspresi. seperti nada tinggi, membntak,memukul, atau bahkan diam. kalau saya terus terang lebih memilih diam. karena saya orang yang selalu tidak bisa diam.. maka jika saya marah teman - teman saya sudah tau jika saya diam berarti saya sedang marah. ^^v
marah menyebabkan urat - urat saraf kita tegang bahkan putus.. da akan terbentuk kembali dalam kurun waktu yang lama.. jika anda terus menerus marah, lama2 anda bisa stress, depresi bahkan gila. maka maukan anda menjadi gila hanya karena merusak hati dan pikiran dengan marah???hehe..
sebuah cerita: Cerita Paku yang Tertancap :
Seorang ayah ingin mendidik anaknya yang pemarah. Ia memberi 1 buah palu dan 10 buah paku serta mengatakan, “Setiap hari, bila engkau marah, ‘pakukan’ sebuah paku di tembok kamar tidurmu. Tetapi pada hari engkau dapat menahan amarahmu ‘cabut’ sebuah paku yang telah kau pakukan di tembok.
Secara bertahap, akhirnya si anak menyadari bahwa lebih mudah menahan amarah dar pada memakukan paku ke tembok. Dua minggu telah berlalu, dan si anak member tahu bahwa semua paku telah dicabut.
Ayahnya mengajak si anak ke tembok yang pernah di paku tersebut dan berkata, “Anakku, kau telah berhasil meredam amarahmu. Tetapi, lihatlah lubang bekas paku tembok ini. Tembok ini tidak akan pernah bias seperti sebelumnya. Kalau kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu akan meninggalkan bekas seperti lubang bekas paku dihati orang yang mendengarnya. Tidak peduli berapa kali kau meminta maaf, luka itu tetap ada membekas di hatinya.”
marah yang sehat ??
Menurut Mark Gorkin, seorang konsultan pencegahan stres dan kekerasan untuk US Postal Service, layanan pos di Amerika Serikat, membagi marah dalam empat macam yaitu, Purposeful (marah yang disengaja), Spontan (marah yg dilakukan secara tiba-tiba), Konstruktif (marah yang disertai ancaman terhadap orang lain) dan Destruktif (marah yang ditumpahkan tanpa rasa bersalah). Namun problem yang sebenarnya bukan pada amarahnya, tetapi terletak pada bagaimana kita mengolah amarah tersebut.
Sebuah penelian yang dilakukan Institute For Mental Health Initiaves mengungkapkan bahwa marah bisa berarti sehat, bahkan lebih sehat daripada memendam perasaan jengkel. Syaratnya adalah, pengelolaan secara sehat. Ada empat langkah nyata untuk mengelola amarah:
1. Mengidentifikasi kesalahan sikap dan pendirian yang mempengaruhi kita untuk marah secara berlebihan. Begitu kesalahan ini diperbaiki, kita bakal lebih mudah mengendalikan marah.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor dari masa kecil kita yang menghambat kemampuan kita mengekspresikan amarah. Faktor-faktor ini termasuk ketakutan, penolakan dan ketidaktahuan.
3. Mempelajari cara tepat untuk mengekspresikan kemarahan sehingga kita tetap dapat menguasai situasi yang menimbulkan kemarahan itu, bahkan secara lebih efektif.
4. Menutup luka-luka yang mungkin tertinggal oleh pengaruh emosional dari kemarahan yang menghancurkan.
Disamping empat cara untuk mengelola amarah di atas, ada empat hal yang tidak boleh dilakuan untuk merespon perasaan marah, yaitu:
1. Pengelakan: Mengingkari bahwa kita marah. Mengingkari marah akan menambah stres dan akan menggiring ke arah penyakit yang berhubungan dengan stres.
2. Pemendaman: Memendam marah meskipun kita tahu bahwa kita sedang marah. Ini bukan mengurung amarah, tetapi menunda ekspresinya.
3. Pengalihan: Menumpahkan kemarahan pada sesurtu yang tidak berhubungan dengan sasaran amarah kita.
4. Pengekspresian tak langsung: Marah karena alasan tertentu, tetapi menumpahkan kemarahan pada sesuatu yang lain.
sumber:
pemikiran sendiri
http://kapanlagi.com
http://kamusislam.com
No comments:
Post a Comment